Opini  

Mungkinkah Ular Dilepas ke Sawah untuk Mengendalikan Hama Tikus

Gambar Ular sedang memangsa tikus ( sumber Gambar Blok Unik )

Hama tikus masih menjadi momok terbesar bagi petani padi di Indonesia. Serangannya bisa terjadi sejak fase persemaian hingga menjelang panen, merusak batang maupun bulir padi. Tidak jarang, serangan hama ini berujung pada kerugian besar, bahkan gagal panen.

Berbagai cara pengendalian sudah dilakukan. Petani biasa melakukan sanitasi lingkungan, gropyokan massal, emposan, hingga menggunakan rodentisida. Namun di lapangan, metode-metode ini sering tidak efektif. Populasi tikus justru kian meningkat. Penggunaan racun pun menimbulkan masalah baru karena bisa membunuh hewan lain yang bukan target, mencemari tanah, bahkan membahayakan manusia. Sementara metode setrum listrik kerap menimbulkan korban jiwa di kalangan petani sendiri.

Kondisi inilah yang memunculkan gagasan untuk mencoba pendekatan berbeda, yaitu mengembalikan predator alami ke habitat sawah. Salah satu kandidat predator yang potensial adalah ular. Pertanyaan yang kemudian muncul: apakah melepas ular di sawah benar-benar bisa menjadi solusi yang efektif dan aman?

Ular Sebagai Predator Tikus

Ular sejak lama dikenal sebagai pemangsa tikus yang handal. Namun tentu tidak semua jenis ular bisa dilepas ke sawah. Jenis yang digunakan haruslah ular tidak berbisa, sehingga aman bagi manusia. Beberapa ular dari famili Colubridae bisa menjadi pilihan, di antaranya:

  • Ular jali (Ptyas korros)

  • Ular babi (Coelognathus flavolineatus)

  • Ular lanang sapi (Coelognathus radiatus)

Ketiga jenis ular ini memiliki kemampuan memangsa tikus secara efektif. Misalnya, ular lanang sapi mampu memangsa 2–3 ekor tikus dewasa setiap minggu. Jika menemukan sarang tikus, ular ini bahkan bisa melahap hingga 10 ekor anak tikus sekaligus. Keunggulan lainnya, ular-ular tersebut tidak tumbuh besar seperti ular sanca sehingga relatif aman bagi petani.

Mengembalikan Rantai Makanan yang Hilang

Ledakan populasi tikus di sawah sebenarnya terjadi karena predator alaminya semakin berkurang. Ular, burung hantu, hingga biawak sering diburu atau dibunuh karena dianggap menakutkan. Akibatnya, rantai makanan alami terputus dan tikus berkembang biak tanpa kendali.

Dengan mengembalikan predator alami seperti ular, ada banyak manfaat yang bisa diperoleh:

  • Mengurangi ketergantungan pada racun atau pestisida.

  • Menekan biaya pengendalian hama.

  • Menjaga keseimbangan ekosistem persawahan.

  • Mendukung pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Tantangan Utama: Edukasi Masyarakat

Meski menjanjikan, gagasan melepas ular di sawah tidak bisa langsung diterapkan begitu saja. Tantangan terbesar ada pada persepsi masyarakat. Ular masih dianggap hewan menakutkan, berbisa, bahkan mematikan. Padahal, jika jenis yang dilepas adalah ular tidak berbisa, keberadaannya justru sangat bermanfaat bagi petani.

Karena itu, edukasi menjadi hal krusial. Petani dan masyarakat perlu diberi pemahaman bahwa ular tertentu adalah sahabat tani yang membantu melindungi hasil panen dari serangan tikus. Dalam hal ini, peran pemerintah, akademisi, hingga influencer pertanian sangat dibutuhkan untuk mengubah stigma negatif terhadap ular.

Program “Ular Sahabat Tani” di Indramayu

Contoh nyata dari gagasan ini datang dari Kabupaten Indramayu. Bupati Lucky Hakim menggagas program “Ular Sahabat Tani”, sebuah inisiatif yang berani dan inovatif. Melalui program ini, ribuan ular tidak berbisa dilepas ke persawahan untuk membantu petani melawan hama tikus.

Langkah ini bukan sekadar solusi jangka pendek, tetapi juga bagian dari upaya mengembalikan keseimbangan ekosistem yang sudah terganggu. Dengan hadirnya predator alami, rantai makanan di sawah kembali pulih. Harapannya, dalam jangka panjang lingkungan persawahan menjadi lebih sehat, produktif, dan berkelanjutan.

Menuju Pertanian yang Lebih Hijau

Melepas ular ke sawah mungkin terdengar ekstrem, namun sebenarnya ini adalah bentuk inovasi yang berpihak pada alam. Daripada terus bergantung pada racun kimia yang berbahaya, mengandalkan musuh alami tikus bisa menjadi solusi yang lebih ramah lingkungan.

Program ini juga menjadi contoh bagaimana pemimpin daerah dapat mengambil langkah out of the box untuk menyelesaikan masalah klasik pertanian. Dengan pertimbangan ekologi, inisiati